Senin, 09 Juni 2014

BAB 5 STRUKTUR SOSIAL, KONFLIK, DAN MOBILITAS


A. Definisi Struktur Sosial

Beberapa definisi struktur sosial menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut:
  1. Soerjono Soekanto, struktur sosial merupakan hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan sosial.
  2. Abdul Syani, struktur sosial merupakan sebuah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat, dan dalam tatanan sosial tersebut terdapat hubungan timbal balik antara status dan peran.
  3. Talcott Parson, strutur sosial merupakan keterkaitan antarmanusia.
  4. Kornbium, konsep struktur sosial terletak pada perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat.

B. Bentuk Struktur Sosial

Menurut Peter M. Blau, terdapat dua bentuk struktur sosial, yaitu:
  1. Intersected Social Structure: Struktur semacam ini terjadi ketika  anggota kelompok sosial memiliki latar belakang ras, suku bangsa, atau agama yang berbeda-beda.
  2. Consolidated Social Structure: Struktur semacam ini terjadi ketika ada tumpang tindih parameter yang mengakibatkan penguatan identitas keanggotaan. Di sini, anggota kelompok sosial memiliki latar belakang yang sama.

C. Diferensiasi Sosial

     Diferensiasi sosial adalah pembedaan masyarakat berdasarkan ciri dan fungsinya. Mencakup:
  • ras
  • etnis
  • klan
  • agama
  • gender
  • profesi


D. Stratifikasi Sosial

     Istilah stratifikasi sosial berasal dari kata stratum (tunggal), strata (jamak) yang berarti lapisan. Secara etimologis, stratifikasi sosial berarti pelapisan sosial, yaitu pembedaan penduduk atau warga masyarakat ke dalam kelas secara bertingkat. Pelapisan sosial terjadi sejak manusia mulai mengenal kehidupan bersama atau organisasi sosial, berawal dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu dengan yang lain secaara teratur dan tersusun, baik perorangan maupun kelompok.

     Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan hirarki menurut dimensi kekuasaan, hak istimewa, dan prestise. Kelas-kelas sosial terdiri atas kelas sosial tinggi (upper class), kelas sosial menengah (middle class), dan kelas sosial rendah (lower class).

     Status berkaitan erat dengan stratifikasi sosial. Status adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok masyarakat. Status selalu dihubungkan dengan kewajiban dan hak tertentu. Tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki status tersebut disebut peran.

Setiap individu akan memperoleh statud dengan beberapa cara, yakni:
  1. Asciribed Status, adalah kedudukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Misalnya gelar kebangsawanan atau jenis kelamin.
  2. Achieved Status, adalah kedudukan yang diperoleh dengan usaha yang disengaja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar tujuannya. Misalnya gelar yang diperoleh melalui pendidikan.
  3. Assigned Status, adalah kombinasi dari keduanya, yaitu kedudukan yang diperoleh seseorang melalui penghargaan yang diberikan oleh pihak lain setelah orang tersebut berjasa untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat.

E. Dasar Stratifikasi Sosial

Dasar pelapisan atau stratifikasi sosial dalam masyarakat lebih disebabkan oleh:
  1. kekayaan
  2. kekuasaan
  3. kehormatan
  4. ilmu pengetahuan
  5. keturunan


F.  Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, berdasarkan sifatnya, stratifikasi sosial dapat dibedakan atas beberapa bentuk:
  1. Stratifikasi sosial tertutup,
    Merupakan pelapisan sosial yang membatasi kemungkinan seseorang untuk pindah dari satu lapisan ke lapisan lain, baik atas maupun bawah. Satu-satunya jalan untuk masuk dalam lapisan sosial tersebut adalah melalui kelahiran.
  2. Stratifikasi sosial terbuka,
    Merupakan sistem pelapisan sosial yang terbuka, setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk naik ke lapisan sosial yang lebih tinggi karena kemampuan dan kecakapannya sendiri. Sebaliknya, seseorang dapat pula turun ke lapisan lebih rendak bagi yang tidak cakap.
  3. Stratifikasi sosial campuran,
    Merupakan perpaduan antara stratifikasi sosial tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang anggota kasta brahmana yang pindah ke lingkungan baru.

G. Fungsi Stratifikasi Sosial

  1. distribusi hak-hak istimewah yang objektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan, dan wewenang.
  2. menjadi sistem penanggaan pada strata yang berhubungan dengan kwibaan dan penghargaan.
  3. kriteriah sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi, keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan.
  4. penentu lamban-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara berpakaian, dan bentuk rumah.
  5. penentu tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan.
  6. alat solidaritas di antara individu-individu atau kelompok yang menduduki sistem sosial yang sama dalam masyarakat.

H. Diferensiasi Sosial

1. Perbedaan Ras
Ras dalam definisi secara geografis adalah kumpulan individu atau kelompok yang serupa dalam sejumlah ciri dan yang menghuni suatu wilayah serta seringkali berasal mula sama. G. Cuvier (1812) membedakan mansyarakat atas dasar prinsip evolusi, yaitu:
  • ras putih (kaukasoid)
  • ras kuning (mongoloid/orang amerika)
  • ras hitam (ethiopoid, Australia, Melanisia)
Pembagian tersebut kemudian disempurnakan oleh E. Von Eickstedt yang membedakan masyarakat atas dasar prinsip evolusi, yaitu:
  • Leukoderm (leuko = putih), seperti orang Eropa dan Polinesia
  • Melanoderm (Melano = hitam), seperti orang Afrika, Aborigin, dan Melanesia
  • Xantoderm (Xanto = kuning), seperti orang Indian, Eskimo, dan khoisan di Afrika.

2. Perbedaan Etnik

     Jika pada perbedaan lebih kepada ciri fisik, maka konsep golongan etnik adalah pada persamaan kebudayaan. Menurut Koentjaningrat (1983), konsep yang tercakup dalam istilah suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas kesatuan kebudayaan. Kesadaran dan identitas tadi, meski tidak selalu, seringkali dikuatkan oleh kestuan atau persamaan bahasa.

3. Perbedaan Agama

      Menurut Emile Durkheim, agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal suci. Kepercayaan dan praktik tersebut menyatukan semua orang yang beriman dalam suatu komunitas moral yang disebut umat. Sementara itu, Robert Bellah menyatakan bahwa terdapat pula himpunan kepercayaan dan ritual yang dinamakan civil religion. Maksudnya, kepercayaan dan ritual di luar agama dijumpai pada institusi politik, seperti pemujaan pemimpin, bendera Negara, dan lagu kebangsaan, serta upacara yang berkaitan dengan hal tersebut. Diferensiasi menurut agama berarti bahwan semua agama bersamaan kedudukannya.

4. Perbedaan Jenis Kelamin

     Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan sering menjadi acuan dalam konsep seks atau jenis kelamin. Namun, jenis kelamin saat ini tidak lagi dianggap sebagai pembeda tingkat. Laki-laki dan perempuan  dianggap sejajar dan memiliki perannya masing-masing.



I.  Faktor Penyebab Konflik Sosial

  1. Perbedaan antarindividu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan,
  2. Perbedaan Kebudayaan,
  3. Perbedaan kepentingan antar individu atau antarkelompok,
  4. Situasi yang saling bertolak belakang atau adanya kesenjangan,
  5. Perbedaan cara mencapai tujuan,
  6. Perbedaan status,
  7. Adanya perubahan sosial yang cepat dan mendadak daam masyarakat.


J. Segi Positif & Negatif Suatu Konflik

Segi positif:
  1. memperjelas aspek-aspek kehidupan yang masih belum tuntas ditelaah lebih jauh,
  2. memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai, dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok sosial sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok,
  3. sebagai satu upaya yang mengurangi ketegangan antar individu atau kelompok,
  4. meminimalisasi pertentangan yang terjadi dalam lingkungan sendiri,
  5. menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru,
  6. sebagai media untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat,
  7. meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok.
Segi negatif:
  1. mengakibatkan keretakan hubungan antarkelompok,
  2. mengakibatkan kerusakan harta benda bahkan kehilangan nyawa manusia,
  3. mengakibatkan berubahnya kepribadian individu-individu,
  4. munculnya dominasi kelompok pemenang dan kelompok yang kalah,
  5. mengakibatkan terganggunya ketertiban dalam masyarakat,
  6. mengakibatkan terjadinya pergeseran atau perubahan nilai budaya.


K. Bentuk-Bentuk Konflik Sosial

1. Georg Simmel, membedakan konflik menjadi dua, yaitu konflik yang terjadi dalam hubungan intim dengan konflik yang terjadi dalam hubungan sesaat.

2. Lewis Coser, membagi menjadi 2, yaitu:
  • konflik realistik, suatu alat untuk mencapai tujuan tertentu dan jika tujuan tersebut tercapai, sangat mungkin akan menghilangkan sebab-sebab dasar konflik.
  • konflik nonrealistik, mencakup ungkapan permusuhan sebagai tujuannya sendiri.
3. Ralf Dahrendorf, terdiri dari:
  • konflik antara atau dalam peranan sosial,
  • konflik antara kelompok-kelompok sosial,
  • konflik antara kelompok yang terorganisir dengan yang tidak,
  • konflik antara satuan-satuan nasional.

4. Soerjono Soekanto, terdiri dari:
  • konflik atau pertentangan pribadi,
  • konflik atau pertentangan rasial,
  • konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosialnya,
  • konflik atau pertentangan politik,
  • konflik atau pertentangan yang besifat internasional.

L. Bentuk Pengendalian Konflik Sosial

  • koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasinya melalui paksaan fisik atau fisiologis.
  • kompromi (compromise), bentuk akomodasi di mana pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian.
  • arbitrasi (arbitration), yaitu bentuk akomodasi melalui pihak ketiga sebagai pengambil keputusan untuk menyelesaikan konflik. Pihak ketiga dapat dipilih oleh kedua belah pihak atau badan yang berwewenang.
  • mediasi (mediation), yaitu bentuk akomodasi yang serupa dengan arbitrasi, hanya saja pihak ketiga menjadi pihak netral dan tidak memihak hanya sebagai penesehat, atau mediator dan tidak berwenang untuk mengambil keputusan.
  • konsiliasi (conciliation), yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak bertikai untuk mencapai suatu kesepakatan.
  • toleransi (toleration), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan formal, berupa sikap sabar sehingga  konflik dapat selesai dengan sendirinya.
  • stalemate, yaitu terjadi ketika pihak-pihak yang bertikai memiliki kekuatan seimbang sehingga akhirnya konflik berhenti pada titik tertentu dan terjadi kemacetan.
  • ajudikasi (adjudication), yaitu suatu cara penyelesaian masalah melalui pengadilan.
  • segregasi (segretion), yaitu masing-masing pihak memisahkan diri dan saling menghindar dalan rangka mengurangi ketegangan.
  • eliminasi (elimination), yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat konflik karena mengalah.
  • subjugation/domination, yaitu pihak yang memiliki kekuatan yang besar atau dominan meminta pihak lain untuk menaatinya.

  • keputusan mayoritas (majority rule), yaitu keputusan yang diambil melalui suara terbanyak dalam voting.
  • minority consent, yaitu golongan minoritas yang tidak merasa dikalahkan tetapi dapat melakukan aktivitas bersama.
  • konversi (convertion), yaitu penyelesaian konflik di mana salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
  • gencatan senjata (cease fire),  yaitu penangguhan permusuhan dalam jangka waktu tertentu.


M. Struktur Sosial Dalam Masyarakat Majemuk

      Apabila masyarakat terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain menjadi satu kesatuan, hal ini disebut dengan masyarakat majemuk. Van de Berghe mengemukakan beberapa karakteristik masyarakat majemuk, antara lain:
  1. terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki kebudayaan, tepatnya subkebudayaan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
  2. mempunyai struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer,
  3. kurang mengembangkan konsesnsus di antara para anggota masyarakat mengenai hal-hal yang bersifat dasar,
  4. secara relatif, sering terjadi konflik antarkelompok,
  5. secara relatif, integrasi sosial terjadi di atas paksaan dan ketergantungan ekonomi,
  6. adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain.
      Dalam masyarakat majemuk, struktur sosial tidaklah bersamaan sifatnya. Secara horizontal, dicirikan oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat, dan profesi. Secara vertikal, dicirikan oleh adanya perbedaan antar lapisan sosial. Menurut Peter M. Blau, bentuk struktur sosial terdiri dari:
  • Intersected Social Culture,
    Keanggotaan dalam kelompok-kelompok sosial ada yang sifatnya intersesksi atau menyilang, yaitu keanggotaan dalam kelompok sosial tersebut memiliki latar belakang, ras, suku, agama yang berbeda-beda.
  • Consolidated Social Culture, Adanya proses penguatan identitas keanggotaan dalam sebuah kelompok sosial, hingga pada akhirnya berkembang menjadi wadah individu-individu yang memiliki latar belakang ras, suku, dan agama yang sama.
     Untuk tercapainya integrasi sosial, bentuk yang sifatnya interseksi lebih sesuai dalam masyarakat majemuk, karena anggota masyarakatnya terbiasan untuk menerima perbedaan-perbedaan.



N. Syarat dan Faktor Integrasi Sosial

      Syarat terjadinya integrasi sosial:
  • Para anggota masyarakat merasa bahwa mereka dapat memenuhi kebutuhan-kebuthannya. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ini menyebabkan  mereka saling menjaga keterikatan di antara mereka.
  • Terciptanya kesepakatan bersama atau konsensus tentang nilai-nilai dan norma-norma sosial. Konsensus tersebut dijadikan pedoman oleh masyarakat dalam berinteraksi dan mencapai kesepakatan tertentu. Biasanya nilai-nilai dan norma-norma berlangsung cukup lama, tidak mudah berubah, dan dijalankan secara konsisten oleh para anggota masyarakatnya.
      Terdapat pula faktor yang menciptakan integrasi sosial:
  1. toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia yang berbeda,
  2. kesempatan yang seimbang dalam ekonomi untuk berbagai golongan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda,
  3. sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya,
  4. sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat,
  5. perkawinan campur,
  6. adanya musuh bersama dari luar.

O. Faktor Penyebab Terjadinya Mobilitas Sosial

      Mobilitas sosial berasal dari bahasa latin mobilis berarti dipindahkan atau banyak bergerak. Maka, mobilitas sosial dapat didefinisikan sebagai gerak perpindahan seseorang dalam suatu posisi ke posisi lain, baik di strata sosial yang sama maupun yang berbeda. Syarat agar seseorang bisa melakukan mobilitas sosial adalah seseorang tersebut harus memiliki kemampuan dan karakteristik suatu lapisan sosial tertentu.
Banyak faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial seseorang dalam struktur sosial, diantaranya:
  1. perubahan kondisi sosial
  2. ras
  3. ekspansi teritorial dan gerak populasi
  4. komunikasi yang bebas
  5. pendidikan
  6. pembagian kerja
  7. ukuran keluarga
  8. jenis kelamin
  9. perkawinan
  10. penundaan kepuasan
  11. situasi politik
  12. program pemerintah.

P. Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial
  1. Mobilitas sosial horizontal,
    Perpindahan individu atu obyek sosial lainnya dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lain yang sederajat.
  2. Mobilitas sosial vertikal,
    Perpindahan individu atau obyek sosial lainnya dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain yang tidak sederajat. Sesuai arahnya, terbagi lagi dalam mobilitas sosial vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial ke bawah (social sinking).
  3. Mobilitas antargenerasi,
    Perbedaan status seseorang dari status orang tuanya. Terjadi antardua generasi atau lebih seperti anak, ayah, dan kakek.
  4. Mobilitas intragenerasi,
    Mengarah pada mobilitas sosial yang dialami seseorang dari status sosial orang tuanya. Terjadi dalam generasi yang sama, misal kakak dan adik
  5. Mobilitas lateral,
    Perpindahan geografis antarlingkungan setempat, kota, dan desa.
  6. Sanskritasi,
    Proses yang dilalui suatu kelompok strata rendah untuk pindah status ke kasta yang lebih tinggi dengan jalan meniru gaya hidup kasta yang lebih tinggi.

Q. Saluran Mobilitas Sosial (Social Circulation

  1. angkatan bersenjata
  2. lembaga keagamaan
  3. lembaga pendidikan
  4. organisasi politik
  5. organisasi ekonomi
  6. organisasi keahlian
  7. perkawinan

1 komentar:

  1. Semua berita yang ada di website anda sangat menarik perhatian untuk di simak, salam sehat. . . !! Semoga beritanya dapat bermanfaat! share ya gan, thanks nih!!

    BalasHapus