Minggu, 08 Juni 2014

BAB 3 SOSIALISASI DAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN


A. Definisi Sosialisai


  1. Bruce J. Cohen,
    sosialisasi adalah proses di mana manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakatnya untuk memperoleh kepribadian dan mebangun kapasitas untuk berfungsi baik sebagai indidividu maupn sebagai anggota kelompok.
  2. Peter L. Berger,
    sosialisasi adalah proses ketika seorang anak sedang belajar untuk menjadi anggota masyarakat.
  3. Soerjono Soekanto,
    sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru yang mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggotanya.


B. Proses Sosialisasi 
     Menurut George Herbert Mead, terdapat 3 tahapan yang berlangsung selama manusia menjalani proses sosialisasi, yaitu:
  1. Play stage,
    dalam tahap ini seorang anak mulai belajar mengambi peran dari orang-orang yang berada di sekitarnya, namun belum memahami sepenuhnya isi peranan yang ditirukan.
  2. Game stage,
    dalam tahap ini seorang anak telah mengetahui peran yang harus dijalankannya dab juga mengetahui peran orang lain di mana saa itu orang tersebut menjadi lawan interaksinya.
  3. Generalized others,
    dalam tahap ini seorang anak telah mampu mengambil peran-peran orang lain di sekitarnya dengan lingkup yang lebih luas. Misalnya di sekolah seorang anak telah mengetahui perannya, guru, teman sekolah dan ortu.
    Menurut Mead, jika seorang anak telah mencapai tahap ini, maka diri seorang anak tersebut telah terbentuk.
Menurut Cooley, konsep diri seseorang berkembang melalui 3 tahap berikut:
  1. seseorang membayangkan bagaimna perilaku dan tindakannya tampak bagi orang lain.
  2. seseorang membayangkan bagaimana orang lain menilai perilaku atau tindakan itu.
  3. seseorang membangun konsepsi tentang dirinya berdasarkan asumsi penilaian orang lain terhadap dirinya.


C. Bentuk-bentuk Sosialisasi
     
Berdasarkan tempat berlangsungnya, dibedakan menjadi:
  • formal, yaitu sosialisasi melalui lembaga-lembaga formal yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah.
  • informal, yaitu sosialisasi yang terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat.
Light, Keller, dan Callhoun (1989) mengemukakan bahwa berdasarkan prosesnya, sosialisasi dibedakan menjadi:
  • sosialisasi primer (primary socialization),
    merupakan sosialisai yang paling dini dan awal diterima individu dalam keluarganya. Sosialisasi ini akan mempengaruhi seorang anak untuk bisa membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar.
  • sosialisasi sekunder (secondary socialization),
    merupakan sosialisasi setelah individu mengalami sosialisasi primer. Sosialisasi ini memperkanalkan individu pada lingkungan lain di luar keluarganya. Misalnya sekolah, teman bermain atau teman kerja.
Menurut Jaeger, terdapat dua pola sosialisasi, yaitu:
  • sosialisasi represif,
    yaitu sosialisasi yang menekankan penggunaan hukuman terhadap kesalahan.
  • sosialisasi partisipatoris,
    yaitu sosialisasi yang menggunakan imbalan sehingga anak terdorong untuk berperilaku baik.
D. Agen/Media Sosialisasi

     Menurut Fuller dan Jacobs (1973), ada empat agen sosialissi utama, yang meliputi:
  1. Keluarga,
    Pada awal kehidupan individu, orang tua dan saudara kandung merupaan agen sosialisasi. Gertrude Jaeger (1977) mengungkapkan bahwa peran agen sosiolisasi dalam tahap awal terutama orang tua sangatlah penting. Sebab beberapa kemampuan dasar diajarkan pada tahap ini, seperti kemampuan berkomunikai verbal dan non-verbal. Namun, dalan masyarakat yang mengenal sistem keluarga luas (extended family), agen sosialisasi juga mencakup paman, bibi, kakek, dan nenek. Begitu pula pada masa sekarang ini, pengasuh (baby sitter) yang secara status bukan anggota keluarga juga berperan dalam proses sosialisasi anak.
  2. Kelompok sebaya atau sepermainan (peer group),
    Saat seorang individu, yang dalam hal ini adalah anak, mulai bertemu dan berinteraksi dengan teman sebayanya, yang biasanya berasal dari keluarga lain. Pada tahap ini, anak memasuki game stage, tahap saat ia mulai belajar berbagai aturan tentang peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat. Dengan bermain, ia mulai mengenal nilai-nilai keadilan, kebenaran, toleransi, atau solidaritas.
  3. Sekolah,
    Dalam pendidikan formal ini, individu akan belajar hal baru yang tidak diajarkan dalam keluarga maupun teman sepermainan. Sekolah mempersiapkan individu untuk peran-peran baru di masa mendatang saat ia tidak tergantung lagi pada orang tua. Selain mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang tujuannya mempengaruhi perkembangan intelektual anak, sekolah juga menanamkan kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib. Robert Dreeban (1968) berpendapat bahwa yang dipelajari anak di sekolah selain membaca, menulis, berhitung adalah aturan mengenai kemandirian (indenpendence), prestasi (achievement), universalisme (universalism), dan spesifitas (specifity).
  4. Media Massa,
    Agen ini terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah) dan media elektronik. Media massa merupaka benuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau banyak orang di saat bersamaan.


E. Tujuan Sosialisasi 
  1. memberikan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupan di tengah-tengan masyarakat.
  2. menanamkan nilai-nilai pada seseorang dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.
  3. mengembangkan kemampuan seseorang untuk berbicara atau berkomunikasi dengan baik.
  4. mengembangkan kemampuan seseorang mengendalikan dirinya sesuai dengan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat.


F. Manfaat Sosialisasi 
  1. menyesesuaikan perilaku yang diharapkan dan dianggap baik oleh masyarakat,
  2. mengenal dirinya dan mengembangkan segala kemampuannya dengan lingkungan sosial,
  3. mampu menjadi anggota masyarakat yang baik,
  4. memperoleh konsep tentang dirinya.


G. Faktor-Faktor Penentu Perkembangan Kepribadian

     Kepribadian adalah ciri-ciri dan sifat khas yang mewakili sikap seseorang, yang meliputi pola-pola pemikiran serta perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas, yang umumnya seiring sejalan dengan kebiasaan umum. Namun, kepribadian sendiri memang mulai terbentu dari hasrat biologis dan hasrat naluriah yang sudah ada. Namun, kepribadian tersebut akan berkembang sepenuhnya melalui proses belajar dalam lingkungan sosial.

Faktor-faktor yang menentukan perkembangan kepribadian seseorang meliputi:
  1. Warisan biologis (heredity),
    faktor keturunan jjuga berpengaruh dalam pembentukan kepribadian individu. Ia merupakan bahan mentah yang busa dibentuk dengan dan dalam berbagai cara. Setiap individu pasti memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dari orang lain. Warisan biologi yang terpenting terletak pada perbedaan kecerdasan dan kematangan biologis.
  2. Warisan lingkungan alam (natural environment),
    perbedaan perilaku kelompok terutama disebabkan oleh perbedaan iklim, topografi (permukaan relief bumi), dan sumber alam. Melalui penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan alam, terbentuklah sikap dan kepribadian yang berbeda. Contohnya, orang yang hidup di tepi pantai sebagai petani dan orang yang tinggal di pegunungan sebagai petani.
  3. Warisan sosial (social heritage),
    kebudayaan juga mempengaruhi alam. Manusia menyesuaikan diri dengan mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaan. Hal ini diwariskan dari generasi ke generasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
  4. Kelompok manusia (group),
    kelompok manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Misalnya keluarga, tetangga, teman sepermainan, sekolah, dan sebagainya. Setiap kelompok memberikan pengalaman yang khas yang berbeda sehingga timbullah kepribadian khas anggota masyarakat tersebut.
Kepribadian memberikan identitas kepada seseorang sebagai individu yang unik berbeda dari individu lainnya. Unsur-unsur kepribadian tersebut meliputi:
  1. Pengetahuan,
    unsur-unsur pengetahuan seseorang meliputi persepsi, pengamatan, konsep, dan khayalan. Boleh dikatakan bahwa pengetahuan mengisi akal dan pikiran manusia yang sadar.
  2. Perasaan,
    adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia dan karena pengaruh pengetahuannya, dinilai sebagai keadaan positif atau negatif.
  3. Dorongan hati (naluri),
    adalah kemauan yang merupakan kecenderungan dalam setiap manusia untuk menanggapi suatu rangsangan dengan pola yang teratur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar